Working languages:
Indonesian to English
Indonesian to Malay
Malay to English

evychien

Local time: 20:01 +08 (GMT+8)

Native in: Indonesian Native in Indonesian
  • Send message through ProZ.com
Feedback from
clients and colleagues

on Willingness to Work Again info
No feedback collected
Account type Freelance translator and/or interpreter
Data security Created by Evelio Clavel-Rosales This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services Translation, Editing/proofreading, Subtitling, Sales
Expertise
Specializes in:
Finance (general)Cinema, Film, TV, Drama
Textiles / Clothing / Fashion

Rates

Blue Board entries made by this user  0 entries
Portfolio Sample translations submitted: 1
Indonesian to English: Sarapan Pagi Di McDonald`s
General field: Other
Detailed field: Psychology
Source text - Indonesian
Sarapan Pagi Di McDonald`s

Saya seorang ibu dari tiga anak (usia 14, 12, 3) dan baru saja menyelesaikan gelar sarjana saya. kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sociology. Guru tersebut benar-benar terinspirasi dengan kualitas yang saya berharap setiap manusia telah diberkahkan. Tugas terakhir yang diberikannya diberi nama, 'Senyum'.
Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan tersenyum kepada tiga orang dan mendokumentasikan reaksi mereka.

Saya seorang yang ramah dan selalu tersenyum pada setiap orang dan mengatakan hello pula. Jadi, saya pikir ini akan menjadi sesuatu yang mudah. Segera setelah kami menerima tugas tersebut, suami saya, anak bungsu, dan saya pergi ke salah satu McDonald kaunter. Begitulah cara kami berbagi waktu bermain yang khusus dengan anak kami. Kami berdiri dalam antrian, menunggu untuk dilayani, ketika semua orang di sekitar kami mendadak mulai menyingkir, dan bahkan kemudian suami saya pun melakukannya.
Saya tidak bergerak satu inci. . . suatu perasaan yang luar biasa panik membuncah dalam diriku ketika saya berbalik untuk melihat mengapa mereka pindah.
Saat saya berbalik,saya mencium bau yang mengerikan 'tubuh kotor', dan berdiri di belakang saya dua orang tunawisma miskin.
Saat saya menatap pria pendek, dekat dengan saya, dia 'tersenyum'. Mata langit birunya indah penuh dengan Cahaya Tuhan seolah ia mencari penerimaan.
Dia menyapa "hari baik" bersamaan ia menghitung beberapa koin yang digengamnya.
Pria kedua meraba-raba dengan tangannya saat dia berdiri di belakang temannya. Saya menyadari bahwa pria kedua itu menderita defisiensi mental dan pria dengan mata biru itu adalah penolongnya.
Saya menahan air mata saat saya berdiri di sana bersama mereka.
Wanita muda di counter menanyakan apa yang mereka inginkan. . Dia berkata, 'Kopi saja, Nona' karena hanya itulah yang mampu mereka beli. (Jika mereka ingin duduk di restoran dan menghangatkan tubuh, mereka harus membeli sesuatu Dia hanya ingin menjadi hangat.).
Lalu saya merasakannya - pemaksaan itu begitu besar saya hampir mengulurkan tangan dan memeluk pria kecil dengan mata biru.
Itu adalah ketika saya menyadari bahwa semua mata di restoran menatap saya, menilai semua tindakan saya.
Saya tersenyum dan meminta kepada wanita muda di belakang kaunter untuk memberikan saya dua tambahan set makan sarapan pagi pada nampan terpisah.
Saya kemudian berjalan mengitari sudut meja dimana Pria tersebut memilih sebagai tempat istirahat. Aku meletakkan nampan di atas meja dan meletakkan tangan saya diatas tangan dingin lelaki bermata biru itu.
Dia menatap saya, dengan air mata di matanya, dan berkata, "Terima kasih."
Saya membungkuk dan mulai menepuk tangannya dan berkata, 'Saya tidak melakukan ini untuk Anda. Tuhan berada di sini bekerja melalui diriku untuk memberimu harapan. "
Saya mulai menangis ketika saya berjalan meninggalkannya dan bergabung dengan suami dan anak saya. Ketika saya duduk suami saya tersenyum padaku dan berkata, "Itulah sebabnya Tuhan memberikanmu kepadaku, Sayang, memberi saya harapan. . . '
Dia berpegangan tangan beberapa saat dan pada saat itu, kami tahu bahwa hanya karena Kasih Tuhan kami diberikan apa yang dapat kami berikan. Kami bukan penganut gereja, tetapi kami percaya.

Saya kembali ke kuliah, pada kelas terakhir dalam petang itu, dengan cerita ini di tangan. Saya menyerahkan 'proyek saya dan dosen saya membacanya.
Kemudian dia menatap saya dan berkata, 'Dapatkah saya berbagi cerita ini? "
Saya perlahan-lahan mengangguk.
Ia mulai membaca dan saat itu saya tahu bahwa kita sebagai manusia dan bagian dari Tuhan, membagikan pengalaman ini untuk menyembuhkan orang dan untuk disembuhkan. Dengan caraku sendiri saya telah menyentuh orang-orang di McDonald, anakku, instruktur, dan setiap jiwa yang menghadiri ruang kelas di malam terakhir saya sebagai seorang mahasiswa.
Saya lulus dengan satu pelajaran terbesar yang pernah saya pelajari:

PENERIMAAN YANG TAK BERSYARAT.
Translation - English
Breakfast at McDonald's

I am a mother of three children (ages 14, 12, 3) and have recently completed my college degree. the last class I had to take was Sociology.The teacher was absolutely inspiring with the qualities that I wish every human being had been graced with.
Her last project of the term was called, 'Smile.'
The class was asked to go out and smile at three people and document their reactions.

I am a very friendly person and always smile at everyone and say hello anyway. So, I thought this would be a piece of cake. Soon after we were assigned the project, my husband, youngest son, and I went out to McDonald's counter. It was just our way of sharing special playtime with our son. We were standing in line, waiting to be served, when all of a sudden everyone around us began to back away, and then even my husband did.
I did not move an inch . . . an overwhelming feeling of panic welled up inside of me as I turned to see why they had moved.
As I turned around I smelled a horrible 'dirty body' smell, and there standing behind me were two poor homeless men.
As I looked down at the short gentleman, close to me, he was 'smiling'. His beautiful sky blue eyes were full of God's Light as he searched for acceptance.
He said, 'Good day' as he counted the few coins he had been clutching.
The second man fumbled with his hands as he stood behind his friend. I realized the second man was mentally challenged and the blue-eyed gentleman was his salvation.
I held my tears as I stood there with them.
The young lady at the counter asked him what they wanted . . He said, 'Coffee is all Miss' because that was all they could afford. (If they wanted to sit in the restaurant and warm up, they had to buy something. He just wanted to be warm).
Then I really felt it - the compulsion was so great I almost reached out and embraced the little man with the blue eyes.
That is when I noticed all eyes in the restaurant were set on me, judging my every action.
I smiled and asked the young lady behind the counter to give me two more breakfast meals on a separate tray.
I then walked around the corner to the table that the men had chosen as a resting spot. I put the tray on the table and laid my hand on the blue-eyed gentleman's cold hand.
He looked up at me, with tears in his eyes, and said, 'Thank you.'
I leaned over, began to pat his hand and said, 'I did not do this for you. God is here working through me to give you hope.'
I started to cry as I walked away to join my husband and son. When I sat down my husband smiled at me and said, 'That is why God gave you to me, Honey, to give me hope . . . '
He held hands for a moment and at that time, we knew that only because of the Grace that we had been given were we able to give. We are not church goers, but we are believers.

I returned to college, on the last evening of class, with this story in hand. I turned in 'my project' and the instructor read it.
Then she looked up at me and said, 'Can I share this?'
I slowly nodded.
She began to read and that is when I knew that we as human beings and being part of God share this need to heal people and to be healed. In my own way I had touched the people at McDonald's, my son, the instructor, and every soul that shared the classroom on the last night I spent as a college student.
I graduated with one of the biggest lessons I would ever learn:

UNCONDITIONAL ACCEPTANCE.

Experience Years of experience: 13. Registered at ProZ.com: Jun 2011.
ProZ.com Certified PRO certificate(s) N/A
Credentials N/A
Memberships N/A
Software N/A
CV/Resume CV available upon request
Bio
im a housewife, so i spent lots of my time at house searching for data, internet and do translation
Keywords: Business, hotel, movie


Profile last updated
Jun 25, 2011