Working languages:
English to Indonesian
Indonesian to English

Amalia Fadlilah

Indonesia
Local time: 00:23 WIB (GMT+7)

Native in: Indonesian (Variant: Standard-Indonesia) Native in Indonesian
  • PayPal accepted
  • Send message through ProZ.com
Feedback from
clients and colleagues

on Willingness to Work Again info
No feedback collected
Account type Freelance translator and/or interpreter
Data security Created by Evelio Clavel-Rosales This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services Translation, Editing/proofreading, Subtitling, MT post-editing, Transcription, Copywriting
Expertise
Specializes in:
Aerospace / Aviation / SpaceAstronomy & Space
Finance (general)Business/Commerce (general)
EconomicsGeneral / Conversation / Greetings / Letters
ManagementPoetry & Literature
Marketing / Market Research
Rates
English to Indonesian - Rates: 0.07 - 0.10 USD per word / 20 - 30 USD per hour
Indonesian to English - Rates: 0.07 - 0.10 USD per word / 20 - 30 USD per hour

Payment methods accepted PayPal
Portfolio Sample translations submitted: 3
English to Indonesian: Experts Agree on the Importance of Asean in Jokowi’s Developing Foreign Policy
General field: Other
Detailed field: Government / Politics
Source text - English
Experts have expressed their opinions on the future direction of Indonesian foreign policy, particularly regarding the Association of Southeast Asian Nations, under the administration of President Joko Widodo over the next five years.

“There are likely five points that would underline the characteristics of Joko’s administration regarding foreign policy in the next five years,” Rizal Sukma, executive director of the Center for Strategic and International Studies (CSIS), said in a panel discussion on Wednesday.

Rizal, who worked within Joko’s transition team before assuming office, said Joko’s administration would best consider foreign policy which could benefit the national interest, or excite foreigners interest in Indonesia.

“We’re going to be a regional power with selective engagement. The government will decide which areas directly relate to Indonesia’s interests,” Rizal said.

“Moreover, Indonesia will also change its image. It will mainly underline international agendas that will benefit national economic development.

“Thirdly, Indonesia will be seen as the country that places its national priority as key.

“For the past 10 years, Indonesia has been seen as the country that always shies from differences. But it won’t be that way anymore. Even if it has direct tension with other countries, so be it, even in Asean.”

Rizal emphasized that Indonesia will also focus on bilateral relationships.

“The real fruits in international relations is the existence of bilateral relationships. However the government will not forget the importance of multilateral processes. If we want to advance our relationship with other countries, bilateral process is surely needed,” Rizal said.

As for the final point, Rizal said Joko would come up with a policy as result-oriented as he did while he was governor of Jakarta.

“Priorities under Joko will change. In his government, Indonesia will start to build foundations for Indonesia’s transformation into a global maritime hub,” Rizal said.

“We need to increase our capacity to cooperate with other countries to ensure security and to maintain our natural resources.

“In addition, economic diplomacy, the improvement of bureaucracy and infrastructure are also important.”

Meanwhile, former deputy minister Dino Pati Djalal bottom-lined more on the upcoming Asean Economic Community (AEC).

“One of the biggest challenges for the new government is how to familiarize people at the grass-roots level with AEC,” Dino said.

“[While I was still in office] I traveled across Indonesia. I got to ask people in places I visited about the AEC. It turns out that the level of knowledge about the AEC is surprisingly really low,” Dino said.

“The reason it hasn’t been absorbed is that nobody has explained it in a language that could be easily understood. We need to redefine it locally. It has to be explained in a way that appeals to ears. It must be explained in a national campaign,” Dino said.

“I think the critical point is maintaining Indonesia’s leadership in Asean. The most natural environment isn’t in South Asia or North Asia but in Asean. This is a geopolitical space where Indonesia’s leadership is accepted and expected,” Dino said.
Translation - Indonesian
Para ahli telah mengungkapkan pendapat mereka terkait arah ke depan dari politik luar negeri Indonesia, terutama yang berhubungan dengan Persatuan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama lima tahun ke depan.

“Ada lima poin penting yang akan menjadi karakteristik dari pemerintahan Joko terkait kebijakan luar negeri selama lima tahun ke depan,” Rizal Sukma, direktur eksekutif Center of Strategic and International Studies (CSIS), menyatakan dalam panel diskusi pada hari Rabu.

Rizal, yang merupakan salah satu anggota dari tim transisi Jokowi sebelum dilantik, mengatakan bahwa pemerintahan Jokowi akan mempertimbangkan kebijakan yang terbaik untuk kepentingan dalam negeri, atau yang mampu menggairahkan investasi asing di Indonesia.

“Kami akan menjadi kekuatan regional dengan keterlibatan yang selektif. Pemerintah akan memutuskan area mana saja yang berhubungan langsung dengan kepentingan Indonesia,” menurut Rizal.

“Lebih jauh lagi, Indonesia juga akan mengubah citranya. Indonesia terutama akan menggarisbawahi agenda-agenda internasional yang akan menguntungkan bagi perkembangan ekonomi dalam negeri.

“Yang ketiga, Indonesia akan dipandang sebagai negara yang menempatkan prioritas dalam negerinya sebagai kunci.

“Selama 10 tahun terakhir, Indonesia telah dipandang sebagai negara yang selalu menghindari pertentangan. Namun tidak akan seperti itu lagi. Meskipun jika terdapat ketegangan langsung dengan negara lain, maka biarkan saja, bahkan di Asean.”

Rizal menekankan bahwa Indonesia juga akan fokus pada hubungan bilateral.

“Hasil nyata dari hubungan internasional adalah terbangunnya hubungan bilateral. Namun pemerintah tidak akan melupakan pentingnya proses multilateral. Jika kita ingin meningkatkan hubungan kita dengan negara-negara lain, maka proses bilateral sangatlah diperlukan,” ujar Rizal.

Sedangkan untuk poin yang terakhir, Rizal menyampaikan Joko akan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi hasil, seperti yang ia lakukan ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.

“Akan ada perubahan prioritas di bawah pemerintahan Joko. Pada pemerintahannya, Indonesia akan mulai membangun pondasi untuk transformasi Indonesia menjadi poros maritime dunia,” ungkap Rizal.

“Kita perlu meningkatkan kapasitas untuk dapat bekerjasama dengan negara-negara lain, untuk memastikan keamanan dan untuk menjaga kekayaan alam kita.

“Sebagai tambahan, diplomasi ekonomi, perbaikan birokrasi dan infrasturktur juga penting.”

Sementara itu, mantan deputi menteri Dino Pati Djalal lebih menggarisbawahi pada Komunitas Ekonomi Asean (AEC) yang akan datang.

“Salah satu dari tantangan terbesar untuk pemerintahan yang baru adalah bagaimana mensosialisasikan AEC kepada masyarakat di tingkat akar rumput,” Dino mengatakan.

“[Ketika saya masih menjabat] Saya berkeliling Indonesia. Saya menanyakan perihal AEC kepada masyarakat yang saya kunjungi. Ternyata tingkat pengetahuan masyarakat mengenai AEC secara mengagetkan masih sangat rendah,” kata Dino.

“Alasan mengapa hal itu belum terserap adalah karena belum ada yang menjelaskan mengenai ini dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kita butuh untuk mengenalkannya kembali di tingkat lokal. Harus dijelaskan dengan cara yang menarik. Harus dijelaskan melalui kampanye nasional,” ujar Dino.

“Menurut saya, poin kritikalnya adalah menjaga kepemimpinan Indonesia di Asean. Lingkungan yang paling natural bukan di Asia Selatan atau Asia Utara tapi di Asean. Ini adalah wilayah geopolitik dimana kepemimpinan Indonesia diterima dan diharapkan,” ujar Dino.
Indonesian to English: Tokopedia Rangsang Gairah E-Commerce Indonesia
General field: Bus/Financial
Detailed field: Business/Commerce (general)
Source text - Indonesian
Investasi $100 juta di tempat jual-beli online Tokopedia disambut sorakan karyawan. Namun, aliran modal sebesar itu juga berpeluang terjadi di perusahaan rintisan serupa, kata CEO sekaligus salah satu pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya.

“Jika kami dapat meyakinkan dan mengangkat perusahaan ke tingkat yang diharapkan pemodal, mereka akan yakin juga untuk menanamkan modal ke startup yang lain,” papar William. “Inilah yang terjadi di Silicon Valley, Cina, India, Jepang dan Korea Selatan. Satu kisah sukses menginspirasi lainnya, seperti efek bola salju.”

Sebelumnya bulan ini, Tokopedia mengamankan komitmen pendanaan dari Sequoia Capital, perusahaan investasi Amerika Serikat (AS), dan perusahaan telekomunikasi SoftBank dari Jepang. Softbank berinvestasi di Tokopedia lewat SoftBank Internet and Media Inc atau SIMI, lengan perusahaan yang baru terbentuk. Pendanaan ini merupakan salah satu investasi terbesar di pasar Internet Indonesia, yang berorientasi pada konsumen.

Indonesia menjadi pasar penting perusahaan berbasis konsumen, lantaran semakin banyak warga yang masuk golongan menengah. Generasi muda yang melek internet disertai perbaikan akses ke dunia maya menjadikan Nusantara sebagai pasar menarik bagi perusahaan rintisan e-commerce.

Laporan penelitian Google-TNS yang diterbitkan pada Juni memprediksi warga Indonesia akan menghabiskan $25 miliar secara online pada 2016. Jumlahnya menandai kenaikan melampaui tiga kali lipat pada 2013. Level pertumbuhan semacam itu merupakan salah satu alasan berinvestasi di Tokopedia, kata SoftBank.

“Di kawasan Asia, potensi pertumbuhan situs jual-beli online terutama terlihat jelas di Indonesia. Sejak didirikan, Tokopedia memperlihatkan pertumbuhan kuat lewat model bisnis inovatif mereka,” papar CEO SIMI Nikesh Arora dalam suatu pernyataan.

Tokopedia bermula pada 2009. Situs itu menyediakan tempat bagi perseorangan atau pebisnis untuk menjual produk mereka secara online. Hingga Agustus, Tokopedia mengaku telah menampung puluhan ribu pedagang. Lebih dari separuh konsumen Tokopedia adalah perempuan.

Setiap bulan, Tokopedia menjual 2,4 juta jenis barang secara online. Di antara jutaan barang itu, kategori utamanya adalah busana dan aksesori, produk kecantikan, serta aksesori telepon genggam.

Tokopedia menggratiskan biaya transaksi atau registrasi. Namun, Tokopedia hanya mengizinkan pedagang menjual 50 tipe produk per toko. Mereka yang ingin menjual lebih banyak produk dapat membayar biaya program Gold Merchant.

William enggan mendiskusikan pendapatan perusahaannya. Namun, ia yakin kalau mempertahankan program bebas biaya adalah kunci suksesnya. Pendekatan ini serupa dengan Alibaba, pasar e-commerce terbesar sedunia. SoftBank juga salah satu pemegang saham utama Alibaba. William berharap perusahaannya dapat mendulang sukses yang sama.

“Kemitraan dekat Softbank dengan Alibaba, serta pengalaman mereka membangun perusahaan e-commerce yang paling bernilai di dunia, akan berharga pula bagi Tokopedia,” sahut William.

Sedangkan Sequoia, kata William, memiliki “kemampuan unik yang dapat menyokong perusahaan teknologi serta membagi pandangan dan pengalaman dari berbagai kawasan dunia.” Sequoia memiliki kemitraan dan kolaborasi yang sangat sukses dengan pemimpin perusahaan teknologi AS. Sebut saja Apple, Google, Cisco, PayPal, Instagram, dan Yahoo.

Investasi Tokopedia akan memperkuat citra perusahaan e-commerce tanah air di antara pemodal internasional, papar Hadi Wenas, CEO aCommerce. Artinya pula, “pemain saat ini mesti memperkuat permainan mereka,” sebutnya.

Jajaran perusahaan rintisan online Indonesia pertama kali mencuri perhatian dunia pada Mei 2010. Saat itu, Yahoo mengakuisisi jejaring sosial berbasis lokasi, Koprol. Merger menarik perhatian dari sejumlah pemodal, media, serta perusahaan teknologi internasional. Tetapi perusahaan internet lokal belum siap berekspansi ke level yang investor harapkan. Mereka pun hanya sebentar naik daun.

Andy Sjarif, pendiri sekaligus CEO perusahaan periklanan digital SITTI, mengatakan kancah startup Indonesia belum siap bermain dalam level yang lebih besar. Sebab, mereka minim “pahlawan yang bisa menjadi teladan” bagi kalangan industri ini.

Fenomena itu tampaknya mulai berubah. Perhatian kini tercurah ke Tokopedia. Pemodal berharap Tokopedia dapat mengajak lebih banyak pengecer ke dunia e-commerce.

Bagaimanapun, William terdengar hati-hati. Tantangan terbesar dalam pembentukan Tokopedia, katanya, adalah sumber daya manusia yang minim. Lepas dari 136 karyawannya saat ini, “kami mesti mengakui bahwa kami minim orang-orang bertalenta kelas dunia, khususnya untuk inovasi dan teknologi.”

Sejumlah besar karyawan perusahaan baru lulus kuliah. Tetapi mereka “mau belajar dan pekerja keras.”

Indonesia butuh kisah kesuksesan semacam ini, katanya.

“Membangun [cerita kesuksesan] ketika [sumber daya] hanya sedikit membutuhkan kerja keras dan tekad,” sahut William. “Dalam satu atau dua tahun, saya yakin akan lebih banyak kucuran modal yang nilainya melampaui $100 juta.”
Translation - English
$100 million investment on Tokopedia online store was welcomed by its employees’ cheers. However, the similar capital flow is potentially received by the similar companies as well, said CEO and one of the founders of Tokopedia, William Tanuwijaya.

“If we can convince and enhance the company to the level expected by investors, they will also have the confidence to invest on other startups,” said William. “This is what happened in Silicon Valley, China, India, Japan and South Korea. One success story inspires others, like snowball effect.”

Before this month, Tokopedia has secured funding commitment from Sequoia Capital, an American investment company, and SoftBank, a telecommunication company from Japan. SoftBank is investing on Tokopedia through SoftBank Internet and Media Inc or SIMI, a newly formed company’s branch. This funding is one of the biggest investment in Indonesian consumer oriented internet market.

Indonesia has become an important market for consumer based companies, due to the growth of its middle class. Internet aware youth along with improvement access to cyberspace make the archipelago an appealing market for the e-commerce startup companies.

A report by Google-TNS released on June, predicted that Indonesian citizens will spend $25 billion online in 2016. This amount exceeds triple fold of 2013. This level of growth is one of the reasons to invest on Tokopedia, said SoftBank.

“In Asia, potential growth of online store website is mainly apparent in Indonesia. Since being founded, Tokopedia has shown a strong growth through their innovative business model,” said SIMI CEO Nikesh Aora in a statement.

Tokopedia was founded in 2009. The site provides space for individual or business person to sell their products online. Up to August, Tokopedia claims to have accommodated tens of thousands of merchants. More than half of Tokopedia customers are women.

Each month, Tokopedia sells 2.4 million types of items online. Among those items, the main categories are fashion and accessories, beauty products, and cellular phone accessories.

Tokopedia makes transaction fee or registration fee free. However, Tokopedia only allows merchants to sell 50 types of products per store. Those who wish to sell more products can pay for Gold Merchant program fee.

William was reluctant to discuss about his company’s income. But he was confident that maintaining free program is the success key. This is a similar approach as Alibaba, world’s biggest e-commerce market. SoftBank is also one of Alibaba’s main share holders. William hopes his company can achieve the same success.

“SoftBank’s closest partnership is Alibaba, and their experience in building the most valuable e-commerce company in the world will be valuable as well for Tokopedia,” said William.

While Sequoia, William said, has “unique capability to support technology based company as well as to share views and experiences from all over the world.” Sequoia has very success partnerships and collaborations with US leading technology companies. Such as Apple, Google, Cisco, PayPal, Instagram, and Yahoo.

Tokopedia investment will strengthen the image of Indonesian e-commerce companies among international investors, explained Hadi Wenas, aCommerce CEO. It also means, “today’s players shall strengthen their games,” he said.

Indonesian startup online companies line up first stole world’s attention on May 2010. At that time, Yahoo acquired a local based social media, Koprol. This merger has drawn attention of some investors, media, as well as international technology companies. However, local internet company was not ready for expansion to the level expected by the investors. Their fame was short-lived.

Andy Sjarif, founder and CEO of digital advertisement company SITTI, said that Indonesian startup industry is not ready yet to play in a bigger level. Because they lack of “heroes to look up to” in this industry.

That phenomenon seems to have changed. Attention is now poured upon Tokopedia. Investors expect Tokopedia to invite more retailers to the e-commerce world.

However, William sounded careful. The biggest challenge in forming Tokopedia, he said, is the minimum level of human resources. Aside from his 136 current employees, “we admit that we lack of world class personnel, especially in terms of innovation and technology.”

Many of the company’s employees are fresh graduates. But they are “willing to learn and hard workers.”

Indonesia needs such success story, he said.

“To build [success story] when [resources is] limited needs hard work and determination,” said William. “Within one or two years, I’m sure there will be more capital flows that exceed $100 million.”
English to Indonesian: Wonder by R.J. Palacio
General field: Art/Literary
Detailed field: Poetry & Literature
Source text - English
Ordinary

I know I’m not an ordinary ten-year-old kid. I mean, sure, I do ordinary things. I eat ice cream. I ride my bike. I play ball. I have an Xbox. Stuff like that makes me ordinary. I guess. And I feel ordinary. Inside. But I know ordinary kids don't make other ordinary kids run away screaming in playgrounds. I know ordinary kids don't get stared at wherever they go.

If I found a magic lamp and I could have one wish, I would wish that I had a normal face that no one ever noticed at all. I would wish that I could walk down the street without people seeing me and then doing that look-away thing. Here’s what I think: the only reason I’m not ordinary is that no one else sees me that way.

But I’m kind of used to how I look by now. I know how to pretend I don’t see the faces people make. We’ve all gotten pretty good at that sort of thing: me, Mom and Dad, Via. Actually, I take that back: Via’s not so good at it. She can get really annoyed when people do something rude. Like, for instance, one time in the playground some older kids made some noises. I don't even know what the noises were exactly because I didn't hear them myself, but Via heard and she just started yelling at the kids. That’s the way she is. I’m not that way.

Via doesn’t see me as ordinary. She says she does, but if I were ordinary, she wouldn't feel like she needs to protect me as much. And Mom and Dad don’t see me as ordinary, either. They see me as extraordinary. I think the only person in the world who realizes how ordinary I am is me.

My name is August, by the way. I won’t describe what I look like. Whatever you’re thinking, it’s probably worse.
Translation - Indonesian
Biasa

Aku tahu aku bukan anak-sepuluh-tahun biasa. Maksudku, tentu saja, aku melakukan hal-hal yang biasa. Aku makan es krim. Aku mengendarai sepeda. Aku bermain bola. Aku memiliki XBox. Hal-hal seperti itu membuatku biasa. Aku kira. Dan aku merasa biasa. Dalam hati. Tapi aku tahu anak-anak biasa tidak membuat anak biasa yang lain melarikan diri sambil berteriak di taman bermain. Aku tahu anak-anak biasa tidak selalu ditatap kemana pun mereka pergi.

Jika aku menemukan lampu ajaib dan aku bisa membuat satu permintaan, aku akan meminta agar aku memiliki wajah yang normal, yang tidak akan diperhatikan oleh siapa pun sama sekali. Aku akan memohon agar aku dapat berjalan tanpa orang melihatku untuk kemudian melakukan gerakan-berpaling itu. Ini yang aku pikirkan: satu-satunya alasan kenapa aku tidak biasa adalah karena orang lain tidak melihatku demikian.

Tapi aku sudah cukup terbiasa dengan rupaku sekarang. Aku tahu bagaimana cara untuk berpura-pura tidak melihat ekspresi yang orang-orang buat. Kami semua sudah cukup mahir dalam hal seperti itu: aku, Mama dan Papa, Via. Sebenarnya, aku tarik kembali ucapanku: Via tidak begitu mahir dalam hal itu. Dia bisa sangat terganggu jika ada orang yang berlaku kasar. Seperti misalnya, suatu waktu di taman bermain, beberapa anak yang lebih besar membuat suara-suara. Aku bahkan tidak tahu pasti suara macam apa itu karena aku tidak mendengarnya sendiri, tapi Via dengar dan dia mulai meneriaki anak-anak itu. Seperti itulah dia. Aku tidak seperti itu.

Via tidak menganggapku biasa. Dia bilang dia menganggapku biasa, tapi jika aku memang biasa dia tidak akan merasa harus melindungiku sekeras itu. Mama dan Papa tidak menganggapku biasa, juga. Mereka menganggapku luar biasa. Aku kira satu-satunya orang di dunia yang menyadari betapa biasanya aku adalah aku sendiri.

Omong-omong, namaku August. Aku tidak akan mendeskripsikan seperti apa rupaku. Apapun yang kalian pikirkan, kenyataannya mungkin lebih buruk.

Experience Years of experience: 10. Registered at ProZ.com: Oct 2014.
ProZ.com Certified PRO certificate(s) N/A
Credentials N/A
Memberships N/A
Software AutoCAD, Microsoft Excel, Microsoft Office Pro, Microsoft Word, Pagemaker, Powerpoint
Bio
No content specified


Profile last updated
Oct 30, 2014



More translators and interpreters: English to Indonesian - Indonesian to English   More language pairs