This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services
Translation, Editing/proofreading, Training
Expertise
Specializes in:
Art, Arts & Crafts, Painting
Poetry & Literature
Education / Pedagogy
Certificates, Diplomas, Licenses, CVs
Botany
Also works in:
Cinema, Film, TV, Drama
Construction / Civil Engineering
Business/Commerce (general)
General / Conversation / Greetings / Letters
Geography
History
Food & Drink
Advertising / Public Relations
Cooking / Culinary
Economics
Tourism & Travel
Names (personal, company)
Forestry / Wood / Timber
More
Less
Rates
Portfolio
Sample translations submitted: 1
English to Indonesian: Fairytale General field: Art/Literary Detailed field: Poetry & Literature
Source text - English 2. Literature
Once upon a time, there was a tiny country called Cornucopia, which had been ruled for centuries by a long line of fair-haired kings. The king at the time of which I write was called King Fred the Fearless. He’d announced the ‘Fearless’ bit himself, on the morning of his coronation, partly because it sounded nice with ‘Fred’, but also because he’d once managed to catch and kill a wasp all by himself, if you didn’t count five footmen and the boot boy.
King Fred the Fearless came to the throne on a huge wave of popularity. He had lovely yellow curls, fine sweeping moustaches and looked magnificent in the tight breeches, velvet doublets, and ruffled shirts that rich men wore at the time. Fred was said to be generous, smiled and waved whenever anyone caught sight of him and looked awfully handsome in the portraits that were distributed throughout the kingdom, to be hung in town halls. The people of Cornucopia were most happy with their new king, and many thought he’d end up being even better at the job than his father, Richard the Righteous, whose teeth (though nobody had liked to mention it at the time) were rather crooked.
King Fred was secretly relieved to find out how easy it was to rule Cornucopia. In fact, the country seemed to run itself. Nearly everybody had lots of food, the merchants made pots of gold, and Fred’s advisors took care of any little problem that arose. All that was left for Fred to do was beam at his subjects whenever he went out in his carriage and go hunting five times a week with his two best friends, Lord Spittleworth and Lord Flapoon.
Spittleworth and Flapoon had large estates of their own in the country, but they found it much cheaper and more amusing to live at the palace with the king, eating his food, hunting his stags, and making sure that the king didn’t get too fond of any of the beautiful ladies at court. They had no wish to see Fred married, because a queen might spoil all their fun. For a time, Fred had seemed to rather like Lady Eslanda, who was as dark and beautiful as Fred was fair and handsome, but Spittleworth had persuaded Fred that she was far too serious and bookish for the country to love her as queen. Fred didn’t know that Lord Spittleworth had a grudge against Lady Eslanda. He’d once asked her to marry him, but she’d turned him down.
Lord Spittleworth was very thin, cunning, and clever. His friend Flapoon was ruddy-faced, and so enormous that it required six men to heave him onto his massive chestnut horse. Though not as clever as Spittleworth, Flapoon was still far sharper than the king.
Both lords were expert at flattery, and pretending to be astonished by how good Fred was at everything from riding to tiddlywinks. If Spittleworth had a particular talent, it was persuading the king to do things that suited Spittleworth, and if Flapoon had a gift, it was for convincing the king that nobody on earth was as loyal to the king as his two best friends.
Fred thought Spittleworth and Flapoon were jolly good chaps. They urged him to hold fancy parties, elaborate picnics, and sumptuous banquets, because Cornucopia was famous, far beyond its borders, for its food. Each of its cities was known for a different kind, and each was the very best in the world.
Translation - Indonesian 1. Literature
Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Cornucopia. Kerajaan Cornucopia diperintah oleh raja-raja yang disayangi rakyatnya. Konon salah satu raja yang pernah berkuasa di sana yaitu Raja Fred, Sang Pemberani. Raja Fred menjuluki dirinya sendiri “Sang Pemberani”, karena selain julukan tersebut terdengar pas ketika disandingkan dengan namanya (Fred, The Fearless), ia juga berhasil menangkap dan membunuh seekor lebah seorang diri, itu tentu saja kalau lima orang penjaga dan seorang pembantu yang saat itu mendampinginya tidak dihitung.
Ketika Raja Fred Sang Pemberani menduduki tahta kerajaan untuk pertama kalinya, ia sudah sangat dikenal di mata rakyatnya. Fred berambut pirang berombak dengan kumis yang terawat rapi dan tampak menawan dengan celana pendek ketat, jaket beludru dan kemeja indahnya yang biasa dikenakan oleh orang kaya pada masa itu. Fred dermawan, murah senyum dan kerap melambaikan tangan kepada siapapun yang dijumpainya. Gambar-gambar Fred yang rupawan juga terpasang di setiap dinding balai kota di seluruh penjuru negeri. Rakyat Cornucopia menaruh harapan besar terhadap raja baru mereka, bahkan banyak yang menduga bahwa Fred akan menjadi raja yang lebih baik daripada ayahnya, Richard Sang Budiman (atau orang yang ‘lurus’- the Righteous). Sayangnya gigi Raja Richard Sang Budiman ternyata agak bengkok (walau tak seorangpun pernah menyatakannya secara terbuka).
Raja Fred diam – diam merasa lega setelah tahu bahwa ternyata memerintah Cornucopia adalah hal yang mudah. Saking mudahnya, hingga ia merasa seakan - akan kerajaan dapat berjalan dengan sendirinya bahkan tanpa campur tangannya. Rakyat hidup berkecukupan, para pedagang meraup untung, dan penasihat – penasihat Fred dapat menyelesaikan setiap masalah kecil yang timbul. Praktis hanya ada satu tugas tersisa yang harus dilakukan Fred yaitu berlaku ramah kepada rakyatnya sewaktu dia pergi berburu lima kali seminggu dengan kereta kudanya, dan tak lupa ditemani dua kawan baiknya, Lord Spittleworth dan Lord Flapoon,
Spittleworth dan Flapoon tentunya punya rumah mewah mereka sendiri, tetapi bagi mereka adalah lebih murah dan lebih menyenangkan jika mereka tinggal bersama sang raja, makan makanan sang raja, dan ikut berburu rusa sang raja. Tetapi seiring hal itu mereka juga harus memastikan bahwa sang raja tidak terpikat oleh wanita – wanita cantik yang hadir pada acara – acara kerajaan. Mereka tidak ingin Fred sampai menikah, karena kehadiran seorang ratu dapat merusak kesenangan – kesenangan yang telah mereka nikmati selama ini. Suatu waktu, Fred tampaknya menyukai Lady Eslanda, yang cantik dan gelap, cocok dengan Fred yang rupawan dan berkulit terang. Namun Spittleworth berhasil membujuk Fred dengan mengatakan bahwa Lady Eslanda terlalu serius dan kutu buku sehingga tidak akan disukai rakyatnya jika ia menjadi seorang ratu. Tapi Fred tidak tahu bahwa Lord Spittleworth sebenarnya menaruh dendam terhadap Lady Eslanda, karena Lord Spittleworth pernah melamar Lady Eslanda, dan ditolak.
Lord Spittleworth berbadan kurus, pandai dan cerdik, sementara Flapoon, kawannya, bermuka kemerahan, dan berperawakan begitu besar, sehingga diperlukan 6 pria untuk membantunya naik ke atas kudanya yang tak kalah besarnya. Walaupun Flapoon tidak sepandai Spittleworth, ia masih jauh lebih pandai daripada sang raja.
Kedua bangsawan ini tidak hanya pandai memuji, tapi juga pandai berpura-pura terkejut melihat berbagai macam kepandaian Fred dari berkuda sampai bermain permainan tiddlywink (permainan melempar benda-benda pipih bulat kedalam cangkir). Jika Spittleworth benar memiliki bakat tertentu, maka bakatnya adalah membujuk sang raja untuk melakukan hal – hal yang sesuai dengan keinginannya. Demikian pula jika Flapon memang punya bakat, maka bakatnya adalah meyakinkan sang raja bahwa tidak ada seorangpun di atas dunia ini yang lebih setia kepada dirinya selain dua kawan baik sang raja ini.
Sementara Fred menganggap Spittleworth dan Flapoon sebagai dua orang baik yang menyenangkan. Mereka kerap mendorong Fred untuk mengadakan pesta – pesta yang mewah, piknik yang indah dan perjamuan makan yang megah, dengan alasan bahwa Cornucopia sangat terkenal akan kelezatan makanannya sampai ke negeri – negeri seberang. Setiap kota di Cornucopia memiliki jenis makanan tertentu yang dikenal banyak orang, dan semuanya adalah yang terlezat di seluruh dunia.
More
Less
Experience
Years of experience: 14. Registered at ProZ.com: Oct 2017.
Indonesian to English (PT. Miskat ALam Consultant, Jakartat)
Memberships
N/A
Software
N/A
CV/Resume
CV available upon request
Bio
I am an
avid translator with Master’s Degree in English Education. I have
passions for language and enjoy translating a broad range of texts from general
to specific subject areas, from Sports to Civil Engineering. Yet my specialized
subject areas are Education, Language and Literature.
At present I have worked for PT. Miskat Alam, a consultant agency
hired for IsDB (Islamic Development Bank) projects in Indonesia since 2017,
translating reports on monthly and yearly basis, covering subject area of Civil
Engineering. I believe in passion and commitment as my work values. Lastly, I
am an open-mind translator (and learner) ready to take on any challenges that
life offers me.