This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services
Translation, Editing/proofreading, Transcription
Expertise
Specializes in:
Folklore
Idioms / Maxims / Sayings
Business/Commerce (general)
Economics
Human Resources
Management
Advertising / Public Relations
Cinema, Film, TV, Drama
Retail
Tourism & Travel
Also works in:
Anthropology
Education / Pedagogy
Government / Politics
History
International Org/Dev/Coop
Religion
Social Science, Sociology, Ethics, etc.
More
Less
Rates
Portfolio
Sample translations submitted: 2
Indonesian to English: Diplomasi Minyak Republik Bolivarian Venezuela dalam Menciptakan Kontra-Hegemoni di Kawasan Karibia General field: Social Sciences Detailed field: Government / Politics
Source text - Indonesian Sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar di dunia, Republik Bolivarian Venezuela menggunakan diplomasi minyak sebagai instrumen dalam kebijakan luar negerinya. Petrocaribe merupakan salah satu dari sekian banyak perjanjian minyak tersebut yang ditargetkan untuk negara-negara di sub-kawasan Karibia. Sejak didirikan pada tahun 2005 hingga sekarang tercatat 18 negara Karibia yang bergabung dalam perjanjian minyak ini. Harapan Venezuela adalah melalui program ini, negara-negara Karibia yang tergabung dalam Petrocaribe mau mengikuti organisasi-organisasi regional yang dibentuk oleh Venezuela, terutama ALBA, menganut prinsip-prinsip Bolivarianisme yang diusung oleh Venezuela, dan pada akhirnya mendukung Venezuela di forum-forum internasional.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif berupa studi kasus yang bersifat eksplanatoris. Peneliti berupaya menjelaskan bagaimana diplomasi minyak yang dilakukan oleh Venezuela berperan dalam menunjang upaya penciptaan hegemoni politik di kawasan Karibia, khususnya di empat negara Karibia anggota Petrocaribe yakni Dominika, Antigua & Barbuda, St. Vincent & the Grenadines, dan St. Lucia yang juga telah bergabung dalam ALBA. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dari sumber-sumber primer dan sekunder serta wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan topik penelitian.
Translation - English As the country with the largest oil reserve in the world, Venezuela uses petro-diplomacy as a tool to attract other countries to cooperate with it by providing oil at preferential prices in return. Petrocaribe is one of these many oil agreements, which is targeted to countries in the Caribbean sub-region. Since its founding in 2005 until now, eighteen Caribbean countries have joined the energy cooperation agreement. Venezuela hopes that through this program, the Caribbean countries that are members of Petrocaribe will join the regional organizations formed by Venezuela, especially ALBA, embrace the ideology of Bolivarianism promoted by Venezuela, and eventually support Venezuela in international forums.
This study uses the qualitative research method, in the form of an explanatory case study. The researcher attempted to explain how Venezuela’s petro-diplomacy played a role in its efforts to create political hegemony in the Caribbean region, particularly in the four Caribbean members of Petrocaribe, namely Dominica, Antigua & Barbuda, St. Vincent & the Grenadines, and St. Lucia who have also joined ALBA. To collect the data used in this study, the researcher conducted a literature review of primary and secondary sources as well as interviews with individuals related to the research topic.
Indonesian to English: Regionalism in World Politics: Regional Organization and International Order General field: Social Sciences Detailed field: Government / Politics
Source text - Indonesian THE period since the late 1980s has witnessed a resurgence of regionalism in world politics. Old regionalist organizations have been revived, new organizations formed, and regionalism and the call for strengthened regionalist arrangements have been central to many of the debates about the nature of the post-Cold War international order.1 The revival of political and academic interest in regionalism has been associated with a number of developments, including: the end of the Cold War and the erosion of the Cold War alliance systems; the recurrent fears over the stability of the GATT and the multilateral trading order during the long-drawn-out (if ultimately successful) negotiation of the Uruguay Round; the impact of increasing economic integration and globalization; changed attitudes towards economic development in many parts of the developing world; and the impact of democracy and democratization. The political salience of regionalism rose significantly as a result of developments within Europe (the EC decision to press ahead with the completion of the Single Market, the negotiation of the Maastricht Treaty, and enlargement of the Union towards Scandinavia and Central Europe); the successful negotiation and ratification of the North American Free Trade Agreement (NAFTA); and the increased momentum of co-operative efforts within ASEAN and continuing discussions within the Asia-Pacific region over new economic and security agreements (APEC, PECC, ARF). Inis Claude's remark of the early 1960s that '[T]he world is engaged in the process of organizing' is no less appropriate to the post-Cold War world with regionalism forming a central part of that process. The recent wave of regionalist activity ranges from discussion of a world of regional trading blocs on the one hand, to increased emphasis on subregional co-operation and integration on the other.
Translation - English Periode pasca akhir tahun 1980an menjadi saksi bagi kemunculan kembali gerakan regionalisme dalam politik dunia. Organisasi regional lama dilahirkan kembali, organisasi-organisasi baru dibentuk, dan regionalisasi serta panggilan untuk penguatan pengaturan regional menjadi inti dari perdebatan-perdebatan yang muncul mengenai kondisi tatanan internasional pasca Perang Dingin. Lahirnya kembali ketertarikan akan regionalisme telah dikaitkan dengan beberapa perkembangan, termasuk: berakhirnya Perang Dingin dan mengikisnya sistem aliansi pada masa Perang Dingin; ketakutan yang berulang akan stabilitas GATT dan tatanan perdagangan multilateral pada masa negosiasi panjang di Uruguay Round (meskipun pada akhirnya negosiasi tersebut sukses); pengaruh peningkatan integrasi ekonomi dan globalisasi; perubahan perilaku mengenai pembangunan ekonomi di berbagai bagian negara-negara berkembang; dan pengaruh demokrasi serta demokratisasi. Keutamaan politik regionalisme meningkat secara signifikan berkat berbagai perkembangan di Eropa (keputusan European Community untuk melanjutkan pembentukan Pasar Tunggal, negosiasi pada Perjanjian Maastricht, dan perluasan Uni Eropa hingga Skandinavia dan Eropa Tengah); kesuksesan negosiasi dan ratifikasi pada North American Free Trade Agreement (NAFTA); dan peningkatan momentum usaha-usaha kooperatif dalam ASEAN dan keberlanjutan diskusi dalam kawasan Asia-Pasifik mengenai perjanjian-perjanjian baru dalam bidang ekonomi dan keamanan (APEC, PECC, ARF). Komentar Inis Claude bahwa pada awal tahun 1960an ‘dunia terlibat dalam proses pengorganisasian’, tetap tepat digunakan untuk masa pasca Perang Dingin dengan regionalisme sebagai bagian utama dari proses tersebut. Gelombang terbaru dari aktivitas regionalisasi memiliki cakupan yang cukup luas, dari diskusi mengenai sebuah dunia dengan blok-blok perdagangan regional di satu sisi, hingga penekanan yang lebih besar terhadap kerjasama subregional dan integrasi di sisi lainnya.
More
Less
Experience
Years of experience: 6. Registered at ProZ.com: Nov 2019.
Experience living in various North American & Latin American countries has enabled a native fluency in English, as well as a working level proficiency in Spanish. Has received various requests to translate short articles for colleagues. For inquiries on translation rate or private Spanish classes, contact me at the following: [email protected]